Lilypie Third Birthday tickers

Lilypie Third Birthday tickers

Monday, January 19, 2009

back to reality


Photobucket
Hari ini Bunda udah masuk kantor...huhuhu ninggalin Hide, kuangeeeeeen!
Mana Hide lagi seneng senyum2 gini...Kyaaaaaaaa!!! ^__^;

-bunda-

Thursday, January 8, 2009

perjuangan ASI-ku

...tak disangka semua berlalu begitu cepat, seandainya waktu bisa kuputar kembali...

Desember 2008

Aku bangga pada diriku sendiri, setelah bisa melalui mastitisku yang lalu, Hide-ku pada usia 1,5 bln bisa kembali full ASI. ASIku lancar, hasil perahanku semakin banyak, stok ASI-ku pun lumayan. Sebentar lagi Januari 2009, Hide akan masuk usia 3 bulan, dan aku kembali masuk kantor, segala persiapan sudah kulakukan, ASIP beku sudah ada 21 botol, ASIP cair siap minum selalu ada paling tidak 10 botol di kulkas tengah, dan masih berusaha menambah stok. Juga sudah bertanya sana-sini ke teman2 dari milis ‘asiforbaby’ mengenai tips memerah di kantor, merawat BP elektrik, dll.

Aku sudah siap...

Tapi satu yang membuatku khawatir adalah kelenjar keras seperti es batu bekas mastitisku yang dulu di dalam PD kiri-ku tak kunjung hilang walaupun sudah 2 bulan berlalu. PD masih juga terlihat bengkak, padahal ASIku sudah lancar keluar.

Apakah ini? Bahayakah ini?

Setelah bertanya kesana kemari, pada keluarga, teman sekantor, sepermainan, se-milis, tidak ada yang pernah mengalami seperti ini, jadi mereka menyarankan aku berkonsultasi pada dokter. Dokter mana ya? Oh, ke RS Carolus saja pikirku, berdasarkan informasi yang kudapat disana tempat yang tepat untuk bertanya mengenai ASI.


Rabu, 24 Desember 2008

Sekitar pukul 8 pagi aku telp RS Carolus, ternyata dokter terakhir praktek hari ini karena besok sudah libur, aku diminta segera datang. Hide-ku baru saja tertidur setelah minum susu, kutinggal saja pikirku...aku kan hanya mau konsultasi. Berbekal peralatan pompa & cooler bag yang selalu kubawa kemana-mana, aku menuju kesana.

Sesampainya disana aku bertemu Dr. S, menceritakan keluhan & riwayat mastitisku terdahulu, wajah & cara berbicaranya terlihat kesal karena aku datang ke klinik laktasi namun tidak membawa serta bayiku, katanya “biasanya ibu yang datang tidak membawa bayinya saya suruh pulang saja, bu”...apalagi setelah beliau tahu kalau Hide-ku minum ASIP dari botol. Menurutnya solusi untuk mengatasi kelenjar keras itu adalah stop botol susu, PD di massage & diminumkan langsung oleh Hide. Tapi aku tidak membawa Hide hari ini untuk belajar menyusui langsung, besok belajar dengan bidan tidak apa katanya, akhirnya hari itu bersama2 dengan beberapa ibu yang baru melahirkan & PDnya bengkak / ASInya tidak lancar keluar aku diajari cara me-massage payudara & di massage oleh suster, kelenjarku yang keras itu di-pijat2 sakit sekali, teringat aku akan mastitisku yang dulu.


Kamis, 25 Desember 2008

Pagi2 aku sudah datang ke RS Carolus bersama dengan Hide. Diajari menyusu langsung dari PD kanan 4x, pakai sendok 2x, pakai gelas 1x, pakai selang yang ditempelkan di PDku, dia menolak semuanya...nangis histeris berulang kali setiap dipaksa, belum pernah kudengar dia menangis seperti ini, tidak tega aku mendengarnya.

Usaha untuk Hide dihentikan karena dia sudah kecapaian, PD kiriku kembali di-massage oleh bidan, kali ini lebih lama, lebih terkonsentrasi pada kelenjar-ku yang mengeras pijatannya, sakit sekali...kembali teringat mastitisku yang dulu.

Siang hari kami pulang, PD kiriku nyut2an, Hide tertidur karena kecapaian menangis, tidurnya gelisah. Sore hari aku merasakan PD kiriku bengkak, tapi kupompa & kuperah sedikit sekali yang keluar. Tidak seperti biasanya, rembesan di breastpad terdapat cairan kental hijau seperti nanah, aku bingung tapi makin giat memerah setiap 2 jam karena trauma terjadi lagi mastitis seperti yang dulu. Karena rasanya sama seperti dulu, nyut2an & nyeri itu datang lagi, semakin sakit setiap waktu. Esoknya terapisku datang karena kupanggil kerumah, dia membantu mengeluarkan ASIku, setelah dilihat & diraba dia bilang pijatan di RS kemarin terlalu keras, mengakibatkan syaraf2 di dalam PDku trauma & memar di dalam seperti lebam, dan juga kemungkinan terjadinya infeksi karena bagian bawah PDku memerah. Oh, itu sebabnya nyeri ini semakin menjadi...rasanya seperti ditusuk2, tidak bisa tidur aku dibuatnya.

Sakitnya semakin menjadi, PDku semakin bengkak, esoknya dia kupanggil lagi untuk membantu mengeluarkan ASIku, tapi ternyata dia tidak berani bertindak lebih jauh, karena PDku semakin merah, rata mengelilingi areola, pertanda terjadi infeksi di dalam.

Setiap malam aku tidak bisa tidur, merintih menahan sakit yang me-nusuk2, disaat yang sama selalu Hide-ku rewel & susah ditidurkan. Ayah bilang mungkin dia merasakan bundanya sedang sakit. Tapi aku tetap memompa & memerah tepat waktu, walaupun sakit sekali. Aku mulai tidak bisa menggendong Hide, karena PDku tersentuh sedikit saja sakit.


Sabtu, 27 Desemer 2008

Konsultasi dengan DSOGku, dia tidak menyarankan untuk dipijat lagi, memberikan antibiotik untuk meredakan infeksi, dan parasetamol untuk meredakan nyeri. Beliau bilang karena di dalam PD kiri terjadi infeksi, ASI PD kanan saja yang diberikan.

Oh tidak, 12 botol ASIP cairku dari tanggal 24 terpaksa kubuang karena merupakan gabungan perahan PD kanan & tetesan PD kiri, ASIP beku turun.

Dosis parasetamol 3x sehari membantu meredakan nyeriku, tapi begitu efeknya hilang kembali aku merasa di-tusuk2, PD kiriku semakin hari semakin bengkak, ASI yang keluar hanya bisa berharap dari tetesan ketika memompa yang kanan, warnanya semakin merah, besarnya nyaris 2x lipat PD kanan, bentuknya sedikit peyang, sepertinya nanah mulai memenuhi segala ruang sampai ke areola, membuat PDku terlihat aneh & mengerikan. Apalagi kalau menjelang dini hari, melintir & merintih aku menahan sakit, Hide rewel tidak mau tidur, kasihan Ayah kerepotan meladeni aku & Hide. Segala kompres panas-dingin, dengan kol, bahkan dengan cairan infus (atas saran famili yang seorang dokter bedah jantung) kulakukan.


Rabu, 31 Desember 2008

Kutelepon DSOGku karena antibiotik sudah habis dan warna merah pada PDku tak kunjung reda. Beliau menyarankan aku konsultasi ke dokter bedah keesokan harinya karena sepertinya infeksi tidak mereda, aku merasakan PDku semakin dipenuhi nanah karena melihat bentuknya yang semakin tidak rata.

Malam pergantian tahun kulewatkan dengan berurai air mata menahan rasa sakit, melihat Hide rewel, melihat Ayah yang kelelahan.


Kamis, 1 Januari 2009

Dr. M, dokter bedah yang melihat kondisiku mengatakan harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah, dibuat sayatan di pinggir areolaku & ASIku terpaksa dihentikan dengan obat. Karena luka sayatan nantinya tidak akan dijahit, sebagai jalur keluarnya nanah sampai habis, kalau ASIku tetap berproduksi akan memperlambat proses penyembuhan karena luka akan basah terus, belum lagi harus memerah dari PD yang luka menganga nantinya, tidak terbayang sakitnya.

Tidak terlukiskan perasaanku waktu itu, seharian ini dirumah Hide-ku lesu, tidak tertawa seperti biasanya. Aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi dalam kondisi ini, semua menderita baik aku, anakku, bahkan suamiku. Yang penting saat ini adalah aku sehat, anakku pun sehat, hari itu juga akupun menyetujui operasi dilakukan. Nanah muncrat bercampur darah, suster mengeluarkan hampir 1 liter banyaknya, yang paling banyak yang pernah dia tangani katanya. Aku hanya bisa menangis, takut, sedih, marah, kesal, kenapa sampai terjadi seperti ini, begitu menyedihkan...bayangan perjuangan moril & materiilku selama hampir 3 bulan kemarin terus berkelebat...kenapa aku gegabah, tidak bersabar untuk 3 bulan lagi, kenapa susah sekali ingin memberikan ASI untuk anakku sendiri, kenapa aku tidak seperti orang2 lain...padahal tinggal beberapa hari lagi Hide baru genap 3 bulan dan aku sudah bisa kembali memberinya full ASI, padahal tadinya aku baik2 saja, seandainya waktu itu aku tidak pergi ke RS Carolus, seandainya bidan disana tidak memijatku...seandainya...semua berlalu begitu cepat, hanya dalam waktu seminggu...seandainya waktu bisa kuputar kembali...


Aku tidak bermaksud menyalahkan RS Carolus, pergi kesana adalah keputusanku sendiri. Hanya saja sebagai pembelajaran, mungkin salah penanganan yang mereka lakukan adalah menganggap bengkak PDku sama dengan bengkak PD ibu2 yang baru melahirkan lainnya. Mungkin seharusnya penanganan yang diberikan berbeda.


Kali ini aku sudah lebih kuat, tidak ada gunanya menyesali yang sudah lalu, mungkin memang Allah SWT menentukan jalanku seperti ini, biarlah hanya Dia yang tahu betapa aku ingin memberi makan anakku dengan ASIku sendiri. Aku & suamiku tidak berniat untuk mengambil donor ASI, tolong hormati keputusan kami.


Hide-ku sekarang sudah genap 3 bulan, ASIPku sudah habis. Sempat dia menolak susu formula yang kuberikan, badannya panas, lama kelamaan dia mau juga, karena ASIP sudah tidak ada lagi.

Sampai hari ini aku masih merawat luka sayatan yang belum menutup, alhamdulillah nanah sudah habis keluar. ASIku bertahap semakin sedikit & bening warnanya, tidak boleh diberikan karena aku mengkonsumsi obat-obatan termasuk penghenti ASI.

Dengan sangat terpaksa anakku minum susu formula (ironisnya aku anggota AIMI & selalu kampanye tentang pentingnya ASI), aku tidak minta seperti ini, aku tidak senang dioperasi, aku pun belum bisa senang karena ternyata setelah nanah keluarpun kelenjar membatu yang dulu masih ada.


Saat ini fokusku adalah aku sehat, cepat sembuh supaya bisa menggendong anakku yang mulai bisa tersenyum kembali. Aku & Ayah akan cari cara lain untuk menghilangkan kelenjar membatu itu, jangan sampai menimbulkan penyakit untukku di kemudian hari, aku ingin terus bersama anakku. Dan jika Allah SWT masih mengijinkan ASIku keluar setelah aku sembuh nanti, aku sangat bersyukur.


...sebagai kenangan, semua berlalu begitu cepat...


-bunda-